- Minggu, 25 Oktober 2015
Tempat makan ini
selalu saya datangi entah dalam keadaan situasi hati sedang ceria,
mendung ataupun hujan. Disini saya meninggalkan kenangan dengan beberapa
orang terdekat terutama dengan para sahabat saya saat kuliah. Tempat
ini sebagai saksi saat beberapa moment pada hidup kami
perbincangkan. Dinding, sofa dan alunan music mungkin saja masih
menyimpan memori mengenai kunjungan kami serta perbincangan kami.
Sayangnya, mereka tak mampu menyuarakannya dan memutarkannya kembali.
Saya kembali ke tempat ini setelah sekian lama tidak mengunjunginya,
memilih sofa yang sama dan menu yang sama persis seperti
sebelum-sebelumnya, bukan karena menu itu yang paling juara, tetapi
itulah saya, ketika sudah memilih sesuatu cukup sulit untuk mengubah
kebiasaan. Tunggu, sepertinya bukan saya sendiri, kebanyakan dari
sahabat-sahabat perempuan sayapun ketika saya amati seperti halnya saya
juga selalu memilih menu makanan atau minuman yang sama, seolah-olah
menjadi khas mereka. Bukanlah yang aneh, jika dikorelasikan memilih
makanan atau minuman merupakan pilihan, selera serta sikap. Hanya dari
sebuah kebiasaan memilih makanan dan minuman saya seolah-olah dibawa
dalam sebuah opini secara nggak langsung sahabat-sahabat saya bisa
dikatakan adalah tipikal perempuan-perempuan yang setia pada segi
apapun, yach salah satunya pada relationshipnya. Yakni simple dan nggak neko-neko.
Hal paling mengasyikkan untuk diperbincangkan disini , yach nggak
jauh-jauh mengenai relationship dengan segala hal didalamnya, nggak ada
habisnya. Ketika itu yang lost serta menjadi pusat masalah kami
adalah pada objeknya siapa lagi kalau para lelaki yang sedang kami
gandrungi. Kami secara bergantian menceritakan kisah masing-masing,
saling menanyakan perkembangan, memberikan advice, solution
harus kayak gimana. Perempuan kebanyakan memang seperti itu, bukan
mereka nggak bisa mengambil keputusan sendiri, tapi kurang puas jika
belum di share dan mendapatkan berbagai masukan untuk membuat sebuah tindakan.
Masalah hati memang bukan masalah berat, tapi seringkali mengganggu dan menjadi tranding topic
ditiap obrolan bagi kami. Apalagi jika hati itu mulai terluka,
perempuan sekuat apapun mampu dilemahkan olehnya. Tak salah jika dalam
Novel Eat, Pray , Love yang kemudian diekranisasi menjadi film
yang diperankan oleh aktris gaek sekelas Julia Robert pun pada saat
patah hati melampiaskan pada tiga hal yaitu eat, pray love dengan mengunjungi berbagai tempat.
Masa telah berbeda, situasipun berbeda, yang sekarang menjadi masalah
bukan hanya objek namun lebih kepada subjeknya. Saya kembali datang
sendiri untuk menemui dinding, sofa serta alunan musik bukan untuk
memaksa mereka memutarkan kembali kebersamaan kami dulu, melainkan
mungkin ini salah satu cara untuk menyembuhkan kerinduan. Saya mulai
menyadari ketika kerinduan yang begitu besar tidak mampu diselesaikan
dengan pertemuan, secara reflek hati yang akan membawa kaki-kaki ini
melangkah menemui tempat yang menyimpan peristiwa kami yang lalu.
Makanan selalu menyertakan cinta dan curahan hati dalam setiap
suapannya. Bisa jadi cara untuk memutar kembali sebuah masa yang lalu,
mengobati kerinduan ditengah sepi. Kamu yang menyertakan makanan, cinta
serta curahan hati didalam moment maka bersyukurlah, bisa jadi cerita itu yang akan mengantarkanmu untuk kembali pada masa lalu, mengingat sebuah kenangan manis.
2 komentar:
hallo........tulisan yang lainnya mana? #30DWC kok berhenti?
iya mas mulai lanjut lagi :)
Posting Komentar