RESEP RAHASIA MEMBANGUN SURABAYA KOTA LITERASI



 “Keberhasilan sebuah program itu tergantung dari MANUSIA-nya mbak” pernyataan tersebut kiranya yang selalu saya dengar pada saat mendampingi beliau. Tentu pernyataan tersebut menyisakan pertanyaan-pertanyaan dibenak saya. Saya seperti orang kebanyakan ketika disuguhkan pada sebuah program pasti kendala terutama yang dikeluhkan adalah DANA “Ya jelas bisa la wong anggarannya banyak, dananya mencukupi” atau “Gimana bisa jalan nggak ada duitnya”. Saat itu kebetulan saya mendapatkan tugas untuk mendampingi beliau ke Jakarta untuk mempresentasikan program Perpustakaan Kota Surabaya. Obrolan itu terjadi dikamar hotel tempat kami menginap, jujur saya merasa sangat beruntung bisa mempunyai quality time dengan beliau, karena pada saat itulah saya bisa menanyakan apapun dan mendapatkan pemikiran-pemikiran yang nyentrik dari seorang pimpinan dari sebuah instansi di pemerintahan. 
Mendampingi Saat Lomba Perpustakaan Terbaik Tahun 2013
Nyentrik? Yach, beliaulah yang sedikit demi sedikit mengubah pandangan miring saya terhadap Abdi Negara hehehe, ternyata Abdi Negara itu nggak hanya berhenti pada kalimat “Ya memang sudah begini, gimana lagi, Indonesia memang sudah amburadul, mau diapakan lagi kalau kita buat perubahan itu ya percuma” tetapi dengan beliau saya seolah-olah kecipratan semangatnya yang selalu menggelora, diminta bermimpi, diminta untuk mempunyai ide dan gagasan, bekerja ekstraordinary, open minded, menjadi pemimpin yang tegas, magis dalam menyampaikan semua ilmu tentang literasi karena tiap kali mendampingi beliau presentasi saya merasa tersihir untuk selalu bersemangat Membangun Surabaya sebagai Kota Literasi. Semua itu karena keinginan beliau yang  cukup sederhana tetapi butuh kerja keras untuk mewujudkannya membuat Perpustakaan tidak lagi termarginalkan dan setiap anak harus berbudaya literasi yakni membaca dan menulis  agar tidak sulit hidup di abad 21. Karena budaya literasi adalah kunci dari kemajuan sebuah bangsa dan kemampuan literasi baca tulis adalah syarat utama untuk membangun peradaban serta kunci dari ilmu pengetahuan.
Manusia adalah agent of change. Dana itu penting tapi bukan yang utama. Jika dana besar tapi berada ditangan Manusia yang salah maka sebuah program tidak akan mencapai sebuah keberhasilan. Tetapi jika berada ditangan Manusia yang tepat program itu dengan berjalannya waktu mengalami try and error try and error maka akan berhasil. Oleh karena itu, sebelum melakukan program yang perlu disiapkan kali pertama adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan adanya program Membangun Surabaya Kota Literasi secara TERSTRUKTUR, TERSISTEM , MASSIF DAN BERKELANJUTAN beliau menyiapkan SDM yang dilatih secara professional agar mampu meningkatkan kemampuan literasi masyarakat kota Surabaya. Kali pertama sistem penerimaan pegawai yang disebut Petugas Teknis Pengelola Perpustakaan harus rijit, jujur dan transparan sampai diperoleh pegawai yang benar-benar berkualitas. Hal ini dibuktikan dengan sistem penerimaan yang melalui beberapa tahapan dari tes administrasi, tes tulis, tes ketahanan kerja, tes motivasi kerja tim, tes Focus Group Discussion (FGD), tes wawancara, tes computer, dan tes prikotes yang terdiri dari tes kepribadian, tes paranoid, tes kesabaran serta tes gambar.
Setelah diperoleh petugas teknis pengelola perpustakaan dengan kualitas terbaik dilakukan pembekalan selama sebulan mengenai Diklat Perpustakaan untuk belajar berbagai hal mengenai perpustakaan baik management, fisik dan kegiatan-kegiatan yang bertujuan agar masyarakat berbudaya literasi. Masyarakat dikategorikan menjadi tiga sasaran antara lain masyarakat di keluarga, sekolah dan lingkungan sekitar. Setelah dilakukan diklat selama sebulan selanjutnya petugas-petugas tersebut harus melaksanakan magang selama dua minggu di perpustakaan sekolah dan perpustakaan lingkungan (TBM Balai RW, Balai RT, Taman-taman, Rumah Susun (Rusun), Liponsos, Kelurahan, Kecamatan, Rumah Sakit, dan Terminal) yang telah ditunjuk. Sehingga para calon petugas tersebut tidak hanya belajar mengenai teori tentang perpustakaan melainkan juga mengaplikasikan teori yang didapatkan di lapangan.
Peningkatan Sumber Daya Manusia tidak hanya berhenti pada diklat dan magang, melalui beliau kami diminta untuk mendapatkan materi baru setiap bulannya tentang literasi dengan tujuan diajarkan kepada masyarakat Surabaya mulai dari pembelajaran Standart Perpustakaan Sekolah, Membangun Minat dan Budaya Baca Sejak dini, Pedagogik, Kelas Menulis, Public Speaking, Networking dan Fundrising Kelasnya Manusia, Membuat Blog, dan Kelas Literasi 4M. Kelas Literasi 4 M antara lain Kelas Ice Breaking, Kelas Membaca Cepat (Speed Reading), Memahami isi buku yang dibaca dengan rumus 5W + 1 H, Membuat Resume/ Mind Maping Buku yang dibaca dan Menceritakan Kembali Buku yang di baca (Story Telling) serta masih banyak lagi ilmu tentang literasi dan pendidikan lainnya. 
Mendampingi Saat Menerima Penghargaan Juara 1 Perpustakaan Terbaik Tahun 2013

Setelah mendapatkan semua materi mengenai literasi, para petugas diminta untuk memberikan materi tersebut dan menerapkan program-program Membangun Surabaya Kota Literasi disetiap lokasi yang ditugaskan baik TBM atau perpustakaan disekolah dan area publik. Setelah itu seluruh petugas dibekali oleh buku Pedoman Kerja Pertugas Teknis Pengelola Perpustakaan yang dibuat khusus oleh kami. Buku pedoman kerja tersebut untuk memudahkan para petugas melaporkan hasil kinerja melalui dua media yaitu Line dan Cetak. Tujuannya line untuk mengetahui secara cepat kondisi dilapangan serta koordinasi, cara ini perlu dilakukan mengingat jumlah titik layanan baca di Surabaya sampai dengan 2015 adalah 2183 lokasi dan laporan yang dicetak yang dikumpulkan per bulan, per tiga bulan, per enam bulan dan laporan akhir tahun. Selanjutnya guna menanggulangi petugas yang kurang disiplin diterjunkan pula Tim Khusus yang melakukan Monitoring dan Evaluasi, jika kinerja lambat dan tidak disiplin maka akan diberhentikan hal ini untuk menjaga kualitas petugas agar selalu professional sehingga program Membangun Surabaya Kota Literasi tidak hanya menjadi sekadar wacana tetapi mampu berjalan mendapatkan tujuan yang diinginkan agar generasi muda tidak akan sulit hidup di abad 21.

0 komentar:



Posting Komentar